Apa Itu Capital Budgeting atau Penganggaran Modal?

capital budgeting

Capital budgeting adalah proses perencanaan dan pengambilan keputusan investasi jangka panjang dalam bentuk proyek-proyek yang akan menambah nilai bagi perusahaan, yang meliputi penilaian atas manfaat dan risiko dari proyek-proyek tersebut.

Dalam proses ini, perusahaan akan mengevaluasi proyek-proyek yang diusulkan dengan menggunakan metode analisis seperti Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).

Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa perusahaan mengalokasikan sumber daya ke proyek-proyek yang paling menguntungkan dan menghindari pengeluaran yang tidak produktif.

Konsep Dasar Capital Budgeting

Konsep dasarnya meliputi:

  1. Investasi jangka panjang: Biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang memerlukan investasi jangka panjang, seperti pembangunan fasilitas produksi baru atau pengadaan peralatan yang akan digunakan dalam jangka waktu yang lama.
  2. Analisis manfaat dan risiko: Dalam capital budgeting, perusahaan akan mengevaluasi manfaat dan risiko dari setiap proyek yang diusulkan. Manfaat yang diharapkan dari proyek harus lebih besar dari risiko yang diambil.
  3. Metode analisis: Beberapa metode analisis yang digunakan meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit-Cost Ratio (BCR).
  4. Alokasi sumber daya: Digunakan untuk memastikan bahwa perusahaan mengalokasikan sumber daya ke proyek-proyek yang paling menguntungkan dan menghindari pengeluaran yang tidak produktif.
  5. Pengambilan keputusan: Digunakan untuk membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan investasi jangka panjang yang akan menambah nilai bagi perusahaan.

5 Langkah Proses Capital Budgeting

Prosesnya terdiri dari lima langkah:

  1. Identifikasi proyek: Langkah pertama adalah mengidentifikasi proyek-proyek yang potensial dan sesuai dengan tujuan dan strategi perusahaan.
  2. Analisis proyek: Langkah kedua adalah menganalisis proyek yang diusulkan dengan menggunakan metode analisis seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit-Cost Ratio (BCR) untuk menentukan manfaat yang diharapkan dari setiap proyek.
  3. Evaluasi risiko: Langkah ketiga adalah mengevaluasi risiko yang terkait dengan setiap proyek, termasuk risiko finansial, operasional, dan lingkungan.
  4. Pengambilan keputusan: Langkah keempat adalah pengambilan keputusan investasi, dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko dari setiap proyek. Proyek yang dianggap paling menguntungkan diterima, sementara proyek lainnya ditolak.
  5. Implementasi dan monitoring: Langkah terakhir adalah implementasi proyek yang diterima dan pemantauan kinerja proyek tersebut untuk memastikan bahwa manfaat yang diharapkan dicapai.

Apa Saja Metode Capital Budgeting?

Beberapa metode yang digunakan dalam capital budgeting yaitu:

  1. Net Present Value (NPV): Metode ini menghitung nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dari proyek dan membandingkannya dengan investasi awal. Proyek yang menghasilkan NPV positif dianggap menguntungkan.
  2. Internal Rate of Return (IRR): Metode ini mengukur tingkat pengembalian yang diharapkan dari proyek. Proyek dengan IRR yang lebih tinggi dianggap lebih menguntungkan daripada proyek dengan IRR yang lebih rendah.
  3. Benefit-Cost Ratio (BCR): Metode ini mengukur rasio antara manfaat yang diharapkan dari proyek dan biaya yang dikeluarkan. Proyek dengan BCR yang lebih tinggi dianggap lebih menguntungkan daripada proyek dengan BCR yang lebih rendah.
  4. Payback period: Metode ini mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal dari proyek. Proyek dengan periode payback yang lebih singkat dianggap lebih menguntungkan daripada proyek dengan periode payback yang lebih panjang.
  5. Profitability Index (PI): Metode ini mengukur rasio antara present value dari arus kas yang diharapkan dari proyek dan investasi awal. Proyek yang memiliki PI yang lebih tinggi dianggap lebih menguntungkan daripada proyek yang memiliki PI yang lebih rendah.

Contoh Soal Capital Budgeting

Perusahaan Y akan mengevaluasi proyek pembelian mesin baru dengan investasi awal sebesar Rp. 20 miliar. Arus kas yang diharapkan dari proyek tersebut adalah sebagai berikut:

Tahun 1: Rp. 5 miliar Tahun 2: Rp. 6 miliar Tahun 3: Rp. 8 miliar Tahun 4: Rp. 7 miliar

Menggunakan metode Net Present Value (NPV), hitunglah nilai NPV dari proyek tersebut jika tingkat suku bunga yang digunakan adalah 8%.

Jawabannya:

Nilai NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus: NPV = (Arus kas tahun 1 / (1 + tingkat suku bunga)^1) + (Arus kas tahun 2 / (1 + tingkat suku bunga)^2) + (Arus kas tahun 3 / (1 + tingkat suku bunga)^3) + (Arus kas tahun 4 / (1 + tingkat suku bunga)^4) – investasi awal

NPV = (Rp. 5 miliar / (1 + 0,08)^1) + (Rp. 6 miliar / (1 + 0,08)^2) + (Rp. 8 miliar / (1 + 0,08)^3) + (Rp. 7 miliar / (1 + 0,08)^4) – Rp. 20 miliar

NPV = Rp. 15,7 miliar

Jadi, nilai NPV dari proyek tersebut adalah Rp. 15,7 miliar. Karena NPV positif, maka proyek tersebut dianggap menguntungkan dan dapat diterima oleh perusahaan.

Kenapa NPV Lebih Baik dari IRR?

NPV (Net Present Value) dan IRR (Internal Rate of Return) adalah dua metode yang digunakan dalam capital budgeting untuk mengevaluasi kelayakan suatu proyek investasi. Namun, NPV dianggap lebih baik daripada IRR karena beberapa alasan:

  1. NPV mencerminkan nilai sebenarnya dari proyek dalam mata uang saat ini, sementara IRR hanya menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan dalam bentuk persentase.
  2. NPV memperhitungkan semua pengeluaran dan penerimaan yang terkait dengan proyek, sementara IRR hanya mengambil kira penerimaan yang melebihi pengeluaran.
  3. NPV tidak terpengaruh oleh jangka waktu proyek atau profil pengeluaran yang berbeda, sementara IRR dapat memberikan hasil yang berbeda untuk proyek yang sama dengan jangka waktu yang berbeda.
  4. NPV memungkinkan perbandingan antar proyek yang berbeda dengan jenis dan ukuran yang berbeda, sementara IRR tidak memungkinkan perbandingan yang valid antar proyek yang berbeda.

Apa Pengaruhnya bagi Perusahaan Apabila Terjadi Kesalahan dalam Penganggaran Modal?

  1. Kelebihan atau kekurangan modal: Jika perusahaan mengalokasikan terlalu banyak modal untuk suatu proyek, maka dapat menyebabkan kelebihan modal yang tidak efisien. Sebaliknya, jika perusahaan kurang dalam mengalokasikan modal, maka dapat menyebabkan kekurangan modal yang menghambat operasi perusahaan.
  2. Kerugian finansial: Jika perusahaan salah dalam mengalokasikan modal, ini dapat menyebabkan kerugian finansial dalam jangka panjang. Proyek yang salah dalam penganggaran modal dapat menyebabkan perusahaan kehilangan uang, karena biaya yang diharapkan melampaui penerimaan.
  3. Kesulitan dalam pengambilan keputusan: Kesalahan dalam penganggaran modal dapat menyebabkan kesulitan dalam pengambilan keputusan, karena data yang salah dapat mengarahkan perusahaan ke arah yang salah dalam mengalokasikan modal.
  4. Reputasi yang buruk: Jika perusahaan mengalami kerugian finansial atau gagal dalam proyek yang dianggarkan, ini dapat menyebabkan reputasi yang buruk bagi perusahaan, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam memperoleh investor dan kreditur.
  5. Kemungkinan kebangkrutan: dalam kondisi yang ekstrem, kesalahan dalam penganggaran modal dapat mengarah pada kebangkrutan perusahaan.

Demikian penjelasan detail mengenai capital budgeting. Silakan bagikan artikel ini supaya makin bermanfaat bagi sesama.

Apabila butuh pinjaman uang dengan gadai BPKB mobil, jangan sungkan untuk hubungi tim Gadaibpkbmobil.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *