Apa Itu Debt Service Ratio (DSR) Dalam Kredit?

debt service ratio

Debt Service Ratio (DSR) adalah rasio yang digunakan oleh lembaga keuangan seperti bank dan leasing untuk mengevaluasi kemampuan seseorang dalam membayar cicilan pinjaman.

DSR dihitung dengan membagi total pembayaran cicilan (termasuk bunga dan prinsipal) dengan total pendapatan bulanan seseorang.

Angka DSR yang dianggap sehat biasanya kurang dari 30%, yang berarti bahwa total pembayaran cicilan tidak melebihi 30% dari pendapatan bulanan seseorang.

DSR digunakan dalam proses pemberian kredit untuk menentukan tingkat risiko dari seorang debitur. Risiko yang lebih tinggi berarti lebih besar kemungkinan keterlambatan atau gagal bayar.

Oleh karena itu, lembaga keuangan akan lebih selektif dalam memberikan kredit kepada seseorang yang memiliki DSR yang tinggi.

Selain itu, DSR juga digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan seseorang secara keseluruhan. DSR yang rendah dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki pendapatan yang cukup tinggi dan keuangan yang stabil, sementara DSR yang tinggi dapat menunjukkan bahwa seseorang mungkin memiliki pendapatan yang rendah atau memiliki beban cicilan lain yang tinggi.

Contoh: Seorang debitur memiliki pendapatan bulanan sebesar Rp 10.000.000 dan membayar cicilan pinjaman sebesar Rp 2.500.000 per bulan.

DSR dari debitur ini adalah (2.500.000 / 10.000.000) x 100% = 25%. Angka ini dianggap sehat karena kurang dari 30%.

Namun jika pendapatan debitur hanya Rp 7.000.000 dan cicilan pinjaman Rp 2.500.000 per bulan, DSR menjadi (2.500.000 / 7.000.000) x 100% = 35.71% yang artinya akan dianggap kurang sehat dan mungkin akan mengalami kesulitan dalam membayar cicilan pinjaman.

Rumus DSR Kredit

Rumus Debt Service Ratio (DSR) adalah:

DSR = (Total pembayaran cicilan / Total pendapatan bulanan) x 100%

Di mana:

Total pembayaran cicilan adalah jumlah total yang harus dibayar setiap bulan untuk semua pinjaman yang dimiliki, termasuk bunga dan prinsipal.

Total pendapatan bulanan adalah jumlah pendapatan yang diperoleh seseorang setiap bulan, termasuk gaji, penghasilan usaha, dan pendapatan pasif lainnya.

DSR yang dianggap sehat biasanya kurang dari 30%, yang berarti bahwa total pembayaran cicilan tidak melebihi 30% dari pendapatan bulanan seseorang.

Dampak Tidak Menerapkan Debt Service Ratio (DSR)

Jika lembaga keuangan tidak menerapkan Debt Service Ratio (DSR) dalam proses pemberian kredit, ini dapat menyebabkan beberapa dampak negatif, diantaranya:

  1. Tingkat risiko kredit yang lebih tinggi: Tanpa mengevaluasi kemampuan seseorang dalam membayar cicilan pinjaman melalui DSR, lembaga keuangan mungkin akan memberikan kredit kepada seseorang yang tidak mampu membayarnya, meningkatkan risiko gagal bayar dan keterlambatan dalam membayar cicilan.
  2. Keuangan pribadi yang buruk: Tanpa DSR, seseorang mungkin akan diberikan kredit yang lebih besar daripada yang seharusnya dia mampu bayar, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengelola keuangan pribadi dan mungkin menyebabkan masalah keuangan yang lebih besar dalam jangka panjang.
  3. Kerugian bagi lembaga keuangan: Tanpa DSR, lembaga keuangan mungkin akan mengalami kerugian karena keterlambatan atau gagal bayar dari debitur yang tidak mampu membayar cicilan pinjaman.
  4. Kemungkinan terjadinya penipuan kredit: Tanpa DSR, lembaga keuangan mungkin tidak dapat mengevaluasi dengan benar apakah seseorang yang mengajukan kredit memiliki pendapatan yang sebenarnya, sehingga memungkinkan terjadinya penipuan kredit.

Itulah beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi jika lembaga keuangan tidak menerapkan DSR dalam proses pemberian kredit.

Oleh karena itu penting bagi lembaga keuangan untuk mengaplikasikan DSR dalam proses pemberian kredit agar dapat meminimalkan risiko yang akan dihadapi.

Untuk informasi mengenai pinjaman uang dengan gadai BPKB mobil, silakan hubungi tim Gadaibpkbmobil.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *